Hendri Kampai: Gas Melon Langkah, Emak-Emak Marah, Negara dalam Bahaya

    Hendri Kampai: Gas Melon Langkah, Emak-Emak Marah, Negara dalam Bahaya

    ENERGI - Emak-emak adalah pilar utama dalam keseharian masyarakat, tidak hanya dalam urusan rumah tangga tetapi juga dalam dinamika politik dan sosial. Jangan remehkan suara mereka, karena dalam satu perintah saja, mereka bisa menggerakkan suami, anak, menantu, hingga cucu untuk bersatu dalam satu barisan: melawan kebijakan yang dianggap merugikan. Dan saat ini, yang menjadi pemicu kemarahan besar itu adalah kelangkaan gas melon 3 kg. 

    Ketika Gas Melon Menghilang, Emak-Emak Menggugat
    Gas melon, yang merupakan nama akrab dari tabung LPG 3 kg, bukan sekadar barang kebutuhan, tetapi sudah menjadi kebutuhan primer bagi jutaan rumah tangga di Indonesia. Tanpa gas melon, dapur bisa berhenti mengepul, warung makan kecil bisa gulung tikar, dan ekonomi rakyat kecil bisa terguncang. Maka, ketika barang ini mulai langka, dampaknya tidak hanya sekadar mengubah menu makan siang, tetapi bisa merembet ke berbagai aspek kehidupan, termasuk kestabilan sosial dan politik. 

    Coba bayangkan, di pagi hari emak-emak sudah siap memasak untuk keluarga, tapi gas melon tidak ada. Mereka berkeliling dari satu warung ke warung lain, antre di pangkalan, bahkan rela membayar lebih mahal di pengecer demi mendapatkan satu tabung untuk memastikan anak-anak tetap bisa makan. Tapi apa daya, barangnya tidak tersedia. 

    Mulai dari percakapan antar tetangga di depan rumah, obrolan di grup WhatsApp RT, hingga keluhan yang meluas ke media sosial, semua ini bisa berubah menjadi gelombang protes besar. Emak-emak yang biasanya sibuk dengan urusan rumah tangga kini mulai angkat suara, menuntut pemerintah agar segera bertindak. 

    Kelangkaan Gas: Masalah Ekonomi atau Kebijakan?
    Jika ditelusuri lebih dalam, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kelangkaan gas melon. Mulai dari meningkatnya permintaan, distribusi yang tidak merata, hingga kebijakan pemerintah yang mencoba membatasi subsidi. Pemerintah mungkin berpikir bahwa subsidi gas melon sudah terlalu membebani APBN, atau bahwa ada banyak orang yang sebenarnya mampu tetapi tetap menggunakan gas subsidi. Namun, solusi seperti pembatasan distribusi atau konversi ke gas non-subsidi jelas bukan kebijakan yang bisa diterima dengan mudah oleh emak-emak. 

    Di satu sisi, pemerintah ingin menertibkan distribusi agar gas melon benar-benar sampai ke masyarakat miskin yang berhak. Namun, di sisi lain, pelaksanaannya di lapangan sering kali tidak efektif. Banyak keluarga yang benar-benar membutuhkan justru kesulitan mendapatkan gas, sementara ada juga pihak yang menyalahgunakan subsidi ini untuk kepentingan lain. 

    Dampak Sosial: Dari Dapur ke Politik
    Jika kelangkaan gas melon terus berlanjut, efeknya bisa jauh lebih besar daripada sekadar kenaikan harga makanan. Emak-emak yang kecewa bisa menjadi faktor penentu dalam perubahan opini publik terhadap pemerintah. 

    Sejarah telah membuktikan bahwa ketika emak-emak turun ke jalan, situasi bisa berubah drastis. Mereka bukan hanya sekadar protes di media sosial, tetapi bisa menggerakkan massa, menyebarkan opini di komunitas, hingga menentukan pilihan dalam pemilu. 

    Sebagai contoh, dalam berbagai peristiwa politik di Indonesia, peran emak-emak sangat signifikan. Mereka adalah pemilih setia yang hadir ke TPS dengan penuh keyakinan. Jika mereka kecewa, suara yang biasanya diberikan kepada pemerintah bisa berbalik arah. Tidak menutup kemungkinan bahwa kelangkaan gas melon ini bisa menjadi isu besar yang merugikan elektabilitas pemerintah, terutama jika tidak ada solusi konkret dalam waktu dekat. 

    Solusi atau Krisis Berlanjut?
    Pemerintah harus segera menyadari bahwa kelangkaan gas melon bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial dan politik. Solusi yang diberikan haruslah cepat, tepat, dan tidak sekadar wacana. 

    Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain: 

    1. Memastikan distribusi merata – Pemerintah harus mengawasi jalur distribusi gas melon agar benar-benar sampai ke masyarakat yang membutuhkan. 

    2. Mencegah spekulan bermain – Jangan sampai gas melon hanya tersedia di tangan pengecer dengan harga tinggi. 

    3. Evaluasi subsidi dengan bijak – Jika ingin membatasi subsidi, harus ada alternatif nyata yang bisa diterima oleh masyarakat kecil, seperti bantuan langsung yang tepat sasaran. 

    4. Meningkatkan komunikasi publik – Jangan biarkan emak-emak merasa ditinggalkan. Penjelasan yang jelas dan solusi konkret akan membantu meredam amarah mereka. 

    Jika langkah-langkah ini tidak segera diambil, bukan tidak mungkin kemarahan emak-emak ini akan menjadi bola salju yang membesar. Apa yang awalnya hanya keluhan soal gas melon bisa berkembang menjadi ketidakpercayaan terhadap pemerintah secara keseluruhan. 

    Jangan Remehkan Suara Emak-Emak
    Jangan pernah menganggap enteng kemarahan emak-emak. Ketika gas melon langka, bukan hanya dapur yang terancam mati, tetapi juga stabilitas sosial dan politik. Emak-emak bukan sekadar ibu rumah tangga, mereka adalah kekuatan besar yang bisa menentukan arah kebijakan dan bahkan masa depan pemerintahan. 

    Jadi, sebelum semuanya terlambat, sebaiknya pemerintah segera mencari solusi. Karena jika emak-emak sudah turun ke jalan, maka negara benar-benar dalam bahaya.

    Jakarta, 04 Februari 2025
    Hendri Kampai
    Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi

    hendri kampai gas melon gas 3 kg indonesia negara dalam bahaya
    Updates.

    Updates.

    Artikel Sebelumnya

    Hendri Kampai: Jika Rakyat Indonesia Marah,...

    Artikel Berikutnya

    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Resmi...

    Berita terkait

    MENDIKBUD RISTEK RI

    Rekomendasi

    Sambut Hari Jadi Pangkep ke-65: Kolaborasi untuk Kemajuan Berbasis Budaya dan Ekonomi Lokal
    Lembaga Advokasi Konsumen DKI Jakarta Resmi Jadi Kuasa Hukum Para Konsumen Apartemen Meikarta
    Hendri Kampai: Gas Melon Langkah, Emak-Emak Marah, Negara dalam Bahaya
    Waketum KNPI Saiful Chaniago Desak Presiden Batalkan Kebijakan Gas Yang Tidak Pro Rakyat
    Polres Lombok Tengah Musnahkan Hampir 1 Kg Sabu, Dua Kurir Jaringan Antarprovinsi Terancam Hukuman Berat

    Ikuti Kami